Oleh Panji Agung Mangkunegoro
Dalam helaian politik yang begitu kompleks, Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan perkara nomor 90/PUU-XXI/2023, mengenai usia minimal calon presiden dan calon wakil presiden sesuai UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Keputusan ini menjadi lontaran bermakna bagi perjalanan politik Joko Widodo, atau yang lebih akrab disapa Jokowi.
Dinasti Jokowi tampaknya akan terus berkuasa selama lima tahun ke depan. Dalam panorama politik yang gemilang, megah, dan terkadang penuh intrik, Jokowi muncul sebagai pemenang. Ketenangannya, kesantunannya, namun ketajamannya melukiskan gambaran bahwa tak ada yang mampu menandingi rancangan dan strategi Jokowi di tahun 2024.
Semua oposisi terlihat merangkul dalam genggaman Jokowi. Meskipun awalnya, Gibran, anak Jokowi, mendapat berbagai hujatan terkait putusan MK yang meloloskan batas usia, namun itu tak mampu meruntuhkan elektabilitas Prabowo dan Gibran. Mereka mengambil modus suara anak muda dan berjanji akan melanjutkan program Jokowi. Terlihat jelas bahwa lima tahun ke depan, Jokowi tetap menjadi pemain utama dalam sistem politik Indonesia.
Sepuluh tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi Jokowi. Selama dekade tersebut, ia tidak hanya membangun dan merancang dinasti politiknya tetapi juga mengukir prestasi yang diakui oleh banyak negara. Pertarungan antara prestasi dan kontroversi dalam demokrasi dan arena politik adalah bagian dari strategi politik dinasti keluarga Jokowi.
Puncak dari segala peristiwa, Anwar Usman dipecat dari jabatannya sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi oleh Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK). Keputusan ini merupakan bagian dari risiko yang telah diantisipasi sebelumnya, menjadi bagian integral dari strategi di mana keputusan MK dianggap sebagai titik akhir yang bersifat final dan mengikat.
Hanya dalam waktu sekitar tiga bulan, Gibran berhasil menggeser figur-figur politik nasional yang sudah lama antri. Nama-nama seperti Sandiaga Uno, Airlangga Hartarto, Erick Thohir, hingga Agus Harimurti Yudhoyono tergusur oleh momentum politik yang kini dipegang oleh Gibran. Awalnya, Prabowo diperkirakan akan berpasangan dengan Erick Thohir atau Ridwan Kamil, tetapi pada akhirnya, Gibran menduduki posisi cawapres Prabowo, berhasil mendaftar di KPU, dan nomor urutnya diumumkan di Kantor KPU RI, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (14/11/2023).
Masa depan Indonesia, setidaknya pada tahap perancangan awal, sepertinya berada sepenuhnya di tangan Jokowi. Setelah KPU RI menggelar rapat pleno terbuka pengundian nomor urut peserta Pilpres 2024, dan meratifikasi keputusan tersebut, strategi pertama Jokowi telah membuahkan hasil.
Jokowi, yang telah menjabat sebagai presiden selama satu dekade, meninggalkan jejak pembangunan yang sangat terasa di berbagai daerah. Terobosan-terobosannya telah menciptakan jaringan bisnis dan politik yang setia, tetap setuju dengan kepemimpinan Jokowi untuk kemajuan Indonesia.
Sebelumnya, beredar rumor bahwa Jokowi akan maju kembali di Pilpres 2024, namun kabar tersebut terbantahkan. Jokowi memberikan karpet merah kepada Gibran Rakabuming, yang sebelumnya maju sebagai calon walikota Surakarta dan dilantik pada 26 Februari 2021. Dalam dua tahun, Gibran melangkah menjadi cawapres Prabowo, sebuah perjalanan yang dekat namun penuh makna.
Demokrasi di Indonesia, yang iklimnya selalu berubah-ubah, memberikan peran penting pada tanggapan publik dan strategi yang terampil. Bahkan dalam situasi saat ini, kontroversi di Mahkamah Konstitusi tidak mampu menggoyahkan elektabilitas Prabowo-Gibran. Isu-isu seperti Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), demokrasi, dan tumbal politik dinasti, semuanya menjadi bagian dari perjalanan menuju dinasti baru keluarga IR, Jokowidodo.
Setiap sepuluh tahun di Indonesia, terjadi pergantian rezim yang dipengaruhi oleh persaingan partai politik dan respons publik. Pertanyaannya adalah, apakah Indonesia mampu mempertahankan citra baiknya di mata dunia? Apakah Jokowi mampu membawa Indonesia menjadi lebih maju dan hebat? Karpet merah yang diberikan kepada Gibran sebagai cawapres Prabowo, apakah mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik?
Mari kita terus mengikuti episode selanjutnya dari proses tahapan politik ini. Masih ada Ganjar dan Anis yang akan berjuang melawan Prabowo dan Gibran. Seruan kepada publik oleh Presiden Jokowi untuk “Wujudkan Kontestasi Pemilu yang Berkualitas demi Kemajuan Demokrasi” tanpa disadari bahwa di balik semua itu, Jokowi adalah pemain di balik semua skenario besar ini.
Gibran, Kaesang, dan Bobi menjadi pilar Jokowi yang telah disiapkan jauh hari menggunakan perahu PDI untuk menarik simpati publik. Saat ini, partai-partai besar pun turut serta dalam permainan ini, bergabung dalam genggaman Jokowi, meninggalkan bahkan mengecewakan PDI. Perjalanan Jokowi selama 10 tahun telah berhasil menarik simpati publik dengan sederet prestasi pembangunan yang dapat dirasakan oleh masyarakat dari Sabang hingga Merauke*