OKI – Javanewsonline.co.id | Debat perdana Pilkada Ogan Komering Ilir (OKI) 2024 yang berlangsung di Hotel Novotel Palembang pada 1 November 2024 menyisakan sejumlah pertanyaan setelah pasangan calon nomor urut 02, Muchendi-Supriyanto (MURI), memilih untuk tidak menghadiri sesi tanya jawab dengan wartawan. Keputusan ini menimbulkan spekulasi mengenai komitmen mereka terhadap transparansi dan dialog publik.

Usai debat, pasangan calon tersebut langsung meninggalkan lokasi tanpa memberikan keterangan lebih lanjut, padahal sesi tersebut diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengklarifikasi visi dan misi mereka di hadapan media dan publik. Momen ini seharusnya dimanfaatkan untuk menjawab pertanyaan kritis yang akan memperjelas posisi mereka dalam isu-isu yang dihadapi masyarakat.

Sesi debat yang disiarkan langsung oleh beberapa stasiun TV lokal Sumatera Selatan diharapkan dapat memfasilitasi keterbukaan para kandidat. Namun, langkah MURI untuk menghindar justru menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat tentang kepemimpinan mereka di masa mendatang.

Reaksi publik cukup beragam. Seorang pedagang di Tanjung Lubuk, Siti, mengungkapkan harapannya untuk memiliki pemimpin yang responsif. “Kalau sekarang sudah menghindar, bagaimana nanti jika sudah terpilih? Masyarakat butuh pemimpin yang berani berdialog,” ujarnya.

Di sisi lain, Sukri Hasan, seorang mahasiswa asal Celikah Kayuagung, menilai bahwa keterbukaan merupakan syarat mutlak dalam membangun kepercayaan pemilih. “Kalau calon hanya tampil di panggung tapi enggan berkomunikasi langsung, tentunya patut dipertanyakan,” kata Sukri.

Walaupun pemilih memahami bahwa calon mungkin memiliki tim media untuk membantu publikasi, banyak yang berharap agar mereka juga dapat menjawab langsung pertanyaan dari media lain untuk menciptakan informasi yang lebih berimbang.

Ketidakhadiran Muchendi-Supriyanto dalam konferensi pers ini kini memunculkan kekhawatiran mengenai responsivitas mereka terhadap isu-isu yang berkembang di OKI. Di tengah proses Pilkada, publik berharap untuk memiliki pemimpin yang tidak hanya memiliki wawasan luas tetapi juga siap menjawab aspirasi masyarakat dengan jujur dan transparan.”Menghindari wartawan bukanlah sikap pemimpin yang terbuka kepada masyarakat. Sikap ini justru dapat menciptakan kesenjangan dengan pekerja media,” tegas seorang analis politik lokal. (Ir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *