Jayapura – Javanewsonline.co.id | Sebuah kisah magis menggelar tirai indah di kampung Tobati, yang tersembunyi di bawah jembatan megah Merah Holtekam, Teluk Yoteva, Jayapura. Tepat pada pukul 5 sore, ketenangan pemukiman warga menyatu dengan sentuhan jingga senja, di mana kehidupan di laut menjadi pemandangan sehari-hari, diwarnai oleh usaha mencari ikan sebagai mata pencaharian.

Setelah menyaksikan riuh rendah konser amal reggae & blues di Kafe Rest Area, langit membawa kami, para wartawan Javanewspapua, pada petualangan baru. Rumah Kaka Niko, yang menatap lautan di bawah Jembatan Merah Holtekam, menjadi destinasi kami. Pemandangan depan rumah membelah pemandangan indah nuansa senja, memasuki gerbang menuju senja di sekitar laut Ciberi dan Tobati.

Menggunakan mobil Panther, kami melanjutkan perjalanan tak jauh dari rest area. Melalui jalan masuk di bawah jembatan, parkir di bawah talud, sebuah speedboat kecil yang dikemudikan oleh Mas Han, gitaris De Sagoo, menunggu untuk membawa kami. Dalam kurun waktu tidak lebih dari 10 menit, kami sampai di rumah sederhana yang bertengger di atas air laut Tobati, tepat di depan megahnya Jembatan Merah Holtekam, yang pernah diresmikan oleh Presiden Jokowi.

Keindahan sore hari melanda pikiran kami, senja yang memeluk malam menyambut hangat di pelukan keluarga besar KK Niko. Kami terhanyut dalam diskusi tentang Tobati, tentang kehidupan unik warga yang tinggal di atas air laut, dan keajaiban pantai Jembatan Holtekam yang menyertai setiap hela nafas mereka sebagai nelayan pencari ikan.

Aktivitas sore hari membawa kami ke pinggiran rumah, di mana warga berkumpul untuk mempersiapkan mata kail mereka. Anak-anak kecil bermain di halaman rumah kayu yang lebar, menjadi saksi kebersamaan keluarga besar yang datang dari kota Jayapura. Di bawah cuaca cerah dan senja yang menyinari warna merah jembatan, aktivitas warga yang melintasi depan rumah dengan speedboat kecil menjadi lukisan hidup yang menambah keindahan sore di rumah panggung.

Pukul 18.00 WIT, suasana mulai gelap. Lampu-lampu rumah panggung dan Jembatan Merah yang tiba-tiba menyala, menciptakan perpaduan warna merah, kuning, hijau, dan putih, menjadikan laut sebagai panggung spektakuler. Warna merah gagah Jembatan Merah yang berdiri megah tepat di depan laut dan rumah panggung turut serta meramaikan pesta cahaya.

Inilah keindahan yang terpapar dalam aktivitas warga pada sore hari. Bagi mereka yang hidup di kota atau pegunungan, datang ke tempat ini mungkin akan menyentuh jiwa mereka dengan suasana, keindahan, dan sejuknya angin laut di senja hari.

Diskusi kami berlanjut hingga malam hari, mengupas fasilitas publik di balik keindahan laut rumah panggung warga Tobati. Hingga saat ini, mereka belum dapat menikmati air bersih dari PDAM karena sambungan pipa paralon plastik di bawah air sering bocor. Mereka, dengan setia, memenuhi kebutuhan air bersih dengan tangki air yang dibeli setiap warga di Tobati.

Kaka Niko, sapaan akrabnya, memberi penjelasan kepada Javanewspapua tentang mediasi yang sudah dilakukan dengan pihak PDAM, namun belum ada solusi. Ia berharap solusi akan segera terealisasi, dan warga Tobati bisa menikmati air bersih dari pipa PDAM.

“Selama bertahun-tahun, kami harus membeli air dari jasa tangki air yang diantar ke rumah. Ini menjadi beban bagi kami, dan kami berharap ada solusi bagi kami, warga Tobati yang tinggal di sekitar Jembatan Merah Holtekam,” ungkapnya.

Rumah panggung ini bukan hanya tempat tinggal bagi keluarga besar Kaka Niko. Ini juga menjadi tempat berkumpul para musisi di kota Jayapura. Bahkan, Quino Big Mountain pernah mampir dan menikmati hidangan ikan bersama mereka di sini.

“Rumah panggung di atas air ini bukan hanya tempat keluarga besar kami, tetapi juga tempat refreshing bagi para musisi di kota Jayapura. Bahkan, Quino Big Mountain pernah makan ikan bersama kami di sini,” tambahnya.

Melalui penuturan ini, kita diundang untuk merenung tentang keunikan dan keindahan yang terkadang terlupakan di tengah gemerlap kehidupan modern. Rumah panggung di bawah Jembatan Merah Holtekam adalah sebuah simfoni hidup yang menyatu dengan alam, sebuah kisah yang senantiasa menyisakan jejak di hati yang terbuka untuk keajaiban. (Pam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *