Pelalawan – Javanewsonline.co.id| Tujuan silaturahmi dan temu ramah dengan para stakeholder diungkapkan oleh Datuk Engku Raja Lela Putra, Wan Ahmat, pada Selasa (1/10/2024). Dalam acara yang dihadiri oleh tokoh masyarakat Riau, Azmun Ja’far, dan para undangan dari kalangan kerabat di rumah singgah, Kelurahan Langgam, Datuk Engku menjelaskan pentingnya memberikan pemahaman kepada pemangku kepentingan, termasuk anak kemenakan, ulama, dan cerdik pandai, terutama masyarakat adat di Kabupaten Pelalawan.
Datuk Engku menambahkan bahwa istilah “stakeholder” telah jelas termaktub dalam peraturan perundangan, yang merujuk pada individu atau kelompok yang memiliki kepentingan, hubungan, dan pengaruh terhadap suatu organisasi, perusahaan, atau isu.
“Jika semua stakeholder berfungsi dengan baik, Kabupaten Pelalawan akan maju, dan kita semua dapat menikmati hasilnya,” pungkas Datuk Engku.
Datuk Engku Raja Lela Putra, Wan Ahmat, menjelaskan bahwa salah satu stakeholder penting di Kabupaten Pelalawan adalah tokoh masyarakat. Dalam konteks ini, beliau merujuk pada mantan Bupati Pelalawan, Azmun Ja’far, yang dahulu dikenal dengan gelar adat Datuk Setia Amanah. Saat ini, gelar tersebut telah berubah menjadi Datuk Tunggul Amanah, yang diberikan kepada pemimpin atau bupati yang menjabat.
Tujuan dari silaturahmi ini adalah untuk mengundang Datuk Setia Amanah, Azmun Ja’far, agar beliau kembali berperan sebagai salah satu stakeholder yang dapat memberikan pandangan dan kontribusi bagi perkembangan Kabupaten Pelalawan. “Kita berharap pemikiran dan pengalaman beliau dapat menjadi pembelajaran untuk menentukan arah tujuan daerah kita ke depan,” ungkap Wan Ahmat.
Dalam kesempatan yang sama, Datuk Engku juga menegaskan komitmennya sebagai Wazir Besar Pewaris Kerajaan Pelalawan untuk terus berjuang bagi kepentingan masyarakat adat. Ia menjelaskan bahwa ia telah melakukan gugatan terhadap PT. MUP, yang telah beroperasi di Kecamatan Langgam selama puluhan tahun, agar perusahaan tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat adat di Kabupaten Pelalawan.
“Sebagai Datuk Engku dan bagian dari stakeholder, saya berharap anak kemenakan, Ninik mamak, karib kerabat, serta ulama dan pemuda-pemudi kita memahami pentingnya arti dari makna stakeholder,” ungkap Wan Ahmat. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi dengan tokoh masyarakat seperti Azmun Ja’far, yang kini telah menjadi tokoh masyarakat Riau, untuk membantu meluruskan adat istiadat serta berkomunikasi dengan perusahaan-perusahaan, baik HTI maupun perkebunan, di Kabupaten Pelalawan.
Wan Ahmat menyoroti kewajiban perusahaan untuk memenuhi hak masyarakat, seperti dalam gugatan terhadap PT. MUP yang telah berjalan hampir dua tahun. “Saya menanggung biaya dan suka duka ini karena merasa bertanggung jawab sebagai stakeholder yang merupakan pucuk segala batin dan penghulu di kerajaan Pelalawan,” tegasnya.
“Saya harus berbuat dan tidak diam; itulah pilihan yang harus saya ambil,” tambah Wan Ahmat dengan tegas.
Sementara itu, Azmun Ja’far, mantan Bupati Pelalawan, menyampaikan rasa rindunya terhadap Langgam setelah hampir 15 tahun meninggalkan daerah tersebut. “Saya merasa terpanggil untuk bertemu dengan keluarga di Langgam dan berkomunikasi dengan Datuk Engku. Namun, kunjungan ini bukanlah wacana politik, dan saya tidak ingin terlibat dalam isu politik,” ungkap Azmun.
Alhamdulillah, saat ini saya diakui sebagai salah satu tokoh Pelalawan dan juga tokoh masyarakat di Provinsi Riau. Beberapa gubernur masih meminta pendapat saya, termasuk Pak Wahid, Pak Nasir, dan Pak Syamsuar, para calon gubernur Riau dalam kontestasi Pilkada serentak 2024. Namun, saya memilih untuk tetap berada di posisi yang netral, fokus pada kepentingan masyarakat, tanpa terjebak dalam wacana politik.
Dari Tokoh Masyarakat Pelalawan ke Tokoh Masyarakat Riau
Alhamdulillah, saat ini saya diakui sebagai salah satu tokoh masyarakat Pelalawan sekaligus tokoh masyarakat di Provinsi Riau. Tiga gubernur—Pak Wahid, Pak Nasir, dan Pak Syamsuar—masih meminta pendapat saya. Para calon gubernur Riau yang terlibat dalam kontestasi Pilkada serentak 2024 juga mengajak saya untuk terlibat, namun saya memilih untuk tetap berada di posisi netral, fokus pada kepentingan masyarakat.
Saya sangat mengutamakan masyarakat Pelalawan, karena mereka memiliki nilai-nilai dan hati nurani yang sama dengan saya, khususnya di Langgam.
Saya, Azmun Ja’far, memiliki sejarah yang kuat di Langgam. Kakak saya pernah tinggal di sini, dan abang saya juga pernah menjabat sebagai camat di Langgam. Saya merasa sangat dekat dengan Kabupaten Pelalawan, mulai dari Kuala Kampar, Ukui, hingga ke Langgam dan perbatasan Teratak Buluh. Semua itu membuat saya merasa seakan sudah dikenal oleh masyarakat di daerah ini.
Selama menjabat sebagai Bupati Pelalawan, saya berhasil mengembangkan jumlah desa dari 56 menjadi 105, yang meliputi 12 kecamatan, termasuk Bandar Seikijang, Bandar Petalangan, Pelalawan, Teluk Meranti, dan Pangkalan Lesung.
“Saya tidak bisa jauh dari Pelalawan. Itu sudah menjadi bagian dari diri saya,” ujar Azmun.
Ada satu prinsip yang perlu diingat oleh semua, termasuk pemuda, tokoh masyarakat, alim ulama, dan cerdik pandai: setiap orang yang tua pasti pernah muda, namun tidak semua yang muda akan menjadi tua, karena hanya Allah SWT yang menentukan. Dari pengalaman ini, bisa saja muncul pemimpin yang baik di masyarakat.
Saya bersyukur, selama tujuh tahun menjabat sebagai Bupati Pelalawan, tidak ada proyek yang saya tinggalkan mubazir. Salah satunya, proyek jalan dari Simpang Bunut hingga Sokoi yang membentang sepanjang 169 km.
Baru-baru ini, saya menghubungi Pak SF Hariyanto, calon gubernur Riau, untuk membahas peresmian jalan lintas Bono. Saya ingin memastikan agar perhatian tetap tertuju pada Pelalawan.
Dalam pandangan saya, masyarakat Langgam dan Pelalawan umumnya ibarat gula—semakin banyak gula, semakin banyak semut yang datang. Hukum alam ini mengingatkan kita untuk selektif terhadap kehadiran berbagai pihak. Ide untuk membangun Jembatan Langgam muncul karena setiap bulan, selalu ada perkelahian di jembatan ponton Rapp.
Saya merasa sedih, karena saat saya menjabat sebagai bupati, banyak tokoh masyarakat yang aktif. Sekarang, sepertinya ada jarak yang tercipta. Alasan saya lebih banyak mendengar dan meminta nasihat dari orang tua, karena mereka telah melalui banyak pengalaman hidup.
Contoh nyata adalah saat saya membuka jalan dari Simpang Bunut ke Sokoi yang menghubungkan sekitar 35 desa. Pada waktu itu, tidak ada teknologi canggih. Saya hanya meminta laporan dari kepala desa, dan hasilnya hanya berbeda tujuh kilometer setelah diukur oleh Dinas Pekerjaan Umum.
Kehadiran saya di rumah singgah ini juga memiliki tujuan untuk mengingatkan kita semua agar menjaga silahturahmi, terutama saat menghadapi pesta demokrasi seperti pilkada. Saya meminta semua pihak untuk tidak bertengkar hanya karena perbedaan pilihan. Mari kita jaga kerukunan dan saling menghormati satu sama lain.
“Jabatan bupati dan wakil bupati itu hanya lima tahun, begitu juga anggota DPRD. Nasib jabatan tersebut tidak dapat diprediksi setelahnya. Oleh karena itu, saya minta agar kita semua menjaga kerukunan dan silahturahmi di antara kita,” ungkapnya.
Pembangunan yang sukses bukan hanya ditandai dengan jembatan, bangunan, atau jalan. Pembangunan sejati dimulai dari dalam rumah tangga. Jika kita mampu mendidik anak dan memberikan kehidupan yang baik kepada keluarga, insya Allah, pembangunan di masyarakat juga akan berhasil. Ini adalah pesan penting yang ingin saya sampaikan kepada masyarakat Kabupaten Pelalawan.
Saya berharap pemimpin Kabupaten Pelalawan ke depan adalah sosok yang Fathonah dan Tawadu’. Fathonah berarti cerdas; pemimpin yang dapat mencari dana untuk pembangunan dan memahami nasib masyarakat Pelalawan. Sementara itu, Tawadu’ menggambarkan sosok yang rendah hati. Pemimpin harus mampu menahan ego dan ingat bahwa jabatan hanya bersifat sementara, berbeda dengan nabi atau khalifah.
Sebelumnya, saya pernah bertanya mengenai bantuan untuk Masjid Langgam yang dulu ada dari KKPA setiap minggu. Sayangnya, bantuan itu kini tidak ada lagi, menurut warga. Namun, saya masih berkomitmen membantu madrasah di Bunut, yang saya dukung dengan hasil KKPA sebanyak 10 kapling. Alhamdulillah, sampai hari ini, guru-guru di sana tidak mengeluh. Bagi saya, ini bukan soal pencitraan, melainkan tindakan nyata yang akan dibalas oleh Tuhan.
Mari kita bersama-sama membangun Kabupaten Pelalawan dengan dasar yang kuat dari dalam keluarga dan masyarakat.
Sudah 15 tahun berlalu sejak saya tidak lagi menjabat sebagai bupati, dan Alhamdulillah, bapak dan ibu bisa melihat kondisi saya hingga saat ini. Semua ini adalah berkat doa-doa masyarakat. Selama masa tersebut, saya telah melalui lima penjara, namun Alhamdulillah, Allah memberikan kemudahan dalam setiap ujian yang saya hadapi. Selama memimpin, saya berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat, termasuk membangun jalan untuk akses yang lebih baik.
Kehadiran saya dalam acara silahturahmi ini bukan untuk menunjukkan kehebatan, melainkan untuk menyampaikan bahwa saya adalah penggagas awal pembangunan di Kabupaten Pelalawan. Jika tidak ada usaha gigih dari saya dan tim, mungkin Pangkalan Kerinci dan Langgam tidak akan seperti sekarang. Saya terus berupaya memprioritaskan kepentingan masyarakat.
Hingga hari ini, saya tetap memantau aktivitas di Kabupaten Pelalawan, termasuk bagaimana Langgam berinteraksi dan membangun dengan masyarakat sekitarnya. Mari kita terus bersinergi demi kemajuan daerah kita. (ERIZAL)