BIMA, NUSA TENGGARA BARAT – Javanewsonline.co.id | Suasana belajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kuta, Kecamatan Lambitu, Kabupaten Bima, tampak jauh dari ideal. Sebanyak 142 siswa terpaksa belajar secara bergantian akibat keterbatasan ruang kelas yang tak sebanding dengan jumlah murid yang terus bertambah. Kondisi ini sudah berlangsung cukup lama tanpa ada kepastian kapan pembangunan ruang kelas baru akan direalisasikan.
Kepala SDN Kuta menjelaskan, sekolah saat ini hanya memiliki beberapa ruang belajar aktif yang sebagian di antaranya sudah tidak layak pakai. Kondisi tersebut membuat kegiatan belajar mengajar tidak berjalan maksimal.
“Kami sudah beberapa kali mengajukan proposal pembangunan ruang kelas baru, tapi sampai sekarang belum ada tanggapan dari pihak terkait. Anak-anak harus belajar bergantian karena ruangan tidak cukup,” ujar Kepala Sekolah SDN Kuta, Rabu (22/10/2025).
Menurutnya, keterbatasan ruang belajar bukan hanya berdampak pada kenyamanan siswa, tetapi juga pada kualitas pembelajaran. Dengan jadwal bergantian, waktu belajar efektif menjadi berkurang, dan guru pun harus beradaptasi dengan sistem darurat ini.
Guru-guru di sekolah tersebut juga mengaku menghadapi kesulitan serupa. Selain ruang yang sempit, fasilitas pendukung seperti meja, kursi, dan papan tulis sudah mulai rusak.
“Siswa sering tidak fokus karena ruangannya panas dan berdesakan. Kami berharap pemerintah bisa menambah ruang kelas agar proses belajar lebih nyaman,” kata salah satu guru.
Kondisi ini menuai perhatian serius dari para orang tua siswa. Mereka menilai, pemerintah daerah seharusnya lebih peka terhadap kebutuhan dasar pendidikan di wilayah terpencil seperti Lambitu.
“Kami kasihan lihat anak-anak belajar dalam ruangan sempit. Kadang satu kelas diisi dua kelompok belajar. Tolong pemerintah dengar keluhan kami,” ujar Siti Rahma, salah satu orang tua siswa.
Keluhan serupa datang dari tokoh masyarakat setempat yang menilai bahwa masalah infrastruktur pendidikan sudah mendesak untuk ditangani. Mereka menegaskan, kualitas sumber daya manusia di Bima bergantung pada perhatian pemerintah terhadap pendidikan dasar.
“Pendidikan adalah fondasi utama pembangunan. Kami minta Dinas Pendidikan Kabupaten Bima segera turun langsung melihat kondisi ini. Jangan menunggu bangunan rusak total baru bertindak,” tegas seorang tokoh masyarakat Desa Kuta.
Warga setempat berharap agar pemerintah daerah tidak menutup mata terhadap situasi yang dialami anak-anak mereka. Mereka meminta agar pembangunan tambahan ruang kelas di SDN Kuta menjadi prioritas dalam perencanaan pendidikan daerah tahun mendatang.
Hingga kini, siswa dan guru SDN Kuta tetap berupaya mempertahankan semangat belajar di tengah keterbatasan. Di sela ruang sempit dan fasilitas terbatas, mereka terus menjalankan aktivitas pendidikan dengan harapan suatu hari nanti bisa belajar di ruang kelas yang lebih layak.
Bagi masyarakat Desa Kuta, ruang kelas bukan sekadar bangunan, melainkan simbol masa depan generasi muda yang layak diperjuangkan. (Teguh M.I.)

