GROBOGAN – Javanewsonline.co.id | Masyarakat Desa Medani, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, menggelar tradisi tahunan Sedekah Bumi atau Apitan dengan pagelaran wayang kulit sebagai wujud rasa syukur atas limpahan rezeki dan keselamatan yang telah diterima sepanjang tahun.

Rangkaian acara berlangsung pada Minggu Pon, 11 Mei 2025, dimulai sejak siang hingga malam hari. Lokasi kegiatan dipusatkan di kediaman Kepala Desa Medani, Sri Gandono. Dalam tradisi ini, pagelaran wayang kulit digelar dua kali, yaitu pada siang hingga sore hari, dan dilanjutkan semalam suntuk.

Tradisi Apitan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Medani secara turun-temurun. Sebelum pagelaran dimulai, dilaksanakan ritual doa bersama dan kenduri atau bancaan yang diikuti oleh perangkat desa, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas. Dalam prosesi ini, Kepala Desa Sri Gandono bersama para pamong desa mengitari rumah sebanyak tiga kali sambil membawa pecut, sebagai simbol harapan agar roda pemerintahan berjalan lancar, aman, dan dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

“Tradisi ini adalah bentuk rasa syukur kami kepada Tuhan dan penghormatan kepada leluhur desa yang telah mewariskan nilai-nilai kebersamaan dan kerukunan,” ujar Sri Gandono di sela kegiatan.

Sedekah Bumi atau Apitan merupakan ritual adat yang menggambarkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Istilah “apitan” sendiri diyakini berasal dari kata apit yang bermakna ‘jepitan’, merujuk pada bentuk fisik wayang kulit yang dijepit oleh garan (tangkai dari bambu atau tanduk kerbau) saat dipentaskan.

“Pagelaran wayang kulit menjadi elemen penting dalam tradisi ini karena bukan hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan moral dan spiritual kepada masyarakat,” kata Sri Gandono.

Pada siang hari, lakon yang dipentaskan adalah “Sri Bali” oleh dalang Ki Agus Sriyanto dari Pedan, Klaten. Sementara pada malam harinya, pertunjukan dilanjutkan dengan lakon “Wisanggeni Krido” yang dibawakan oleh dalang Ki Tantutm Sutanto dari Ceper, Klaten.

Wayang kulit tetap menjadi seni pertunjukan yang relevan di berbagai kalangan usia. Selain sebagai hiburan, pementasan wayang juga menjadi sarana penyampaian nilai-nilai kehidupan, kejujuran, dan keteguhan moral yang dikisahkan melalui tokoh-tokoh pewayangan.

Acara tersebut juga menjadi momen kebersamaan antarwarga. Ribuan warga dari berbagai dusun di Desa Medani berkumpul di sekitar lokasi pertunjukan. Sejumlah tokoh masyarakat, pemuka agama, ketua RT dan RW, serta perangkat desa turut menghadiri acara tersebut.

“Budaya tradisi seperti ini perlu kita lestarikan bersama. Selain untuk mempererat silaturahmi, ini juga bentuk edukasi budaya bagi generasi muda,” ujar Kepala Desa.

Sri Gandono berharap tradisi Sedekah Bumi terus dijaga oleh masyarakat sebagai bagian dari kekayaan budaya lokal yang memiliki nilai luhur. Ia menambahkan, di tengah perkembangan zaman yang kian cepat, upaya pelestarian budaya seperti ini perlu mendapat dukungan dari semua pihak. (BANU ABILOWO)