Magetan – Javanewsonline.co.id | Pembangunan jembatan di Desa Ngunut, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, yang didanai dari Bantuan Keuangan Desa (BKKD) Provinsi Jawa Timur tahun 2024 sebesar Rp 1,7 miliar, menuai pertanyaan terkait perencanaannya.

Jembatan yang dibangun ini nantinya akan menjadi jalan penghubung bagi masyarakat Desa Ngunut menuju kota Kecamatan Parang dengan jarak yang lebih dekat. Namun, proyek ini menyisakan sejumlah tanda tanya.
Marsam, perangkat Desa Ngunut sekaligus pelaksana kegiatan (PK), saat dikonfirmasi oleh awak media Javanewsonline.co.id, mengungkapkan bahwa ia menangani seluruh aspek proyek, mulai dari perencanaan, pembelanjaan barang, hingga pelaksanaan pekerjaan. “Semua yang mengerjakan saya. Mulai dari perencanaan, pembelanjaan, dan pelaksanaan,” ujarnya, Senin (17/2).
Marsam juga mengaku bahwa ia bukan seorang teknisi, sehingga meminta bantuan teman untuk membuatkan perencanaan. “Untuk perencanaan saya buat sendiri meskipun saya bukan orang teknis. Saya minta bantuan teman untuk membuatkan perencanaan,” jelas Marsam.
Terkait pembelian batu kali, Marsam mengatakan bahwa ia memberdayakan warga untuk menyediakan material batu. “Untuk batu, saya memberdayakan warga untuk material khusus batu pasangan, tapi saya juga bingung untuk SPJ karena di perencanaannya adalah pembelian,” tambahnya.
Supri, salah satu perangkat Desa Trosono, Kecamatan Parang, saat dikonfirmasi, mengakui bahwa dirinya adalah pemasok semen untuk proyek tersebut. “Ya mas, saya yang mensuplai semen,” ucap Supri, Selasa (18/2). Diketahui bahwa pemasok semen berasal dari UD Mranggen Desa Trosono, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan.
Namun, menurut Kepala Desa Ngunut, Sauji, pemasok semen bukan perangkat desa Trosono, melainkan keluarganya. “Kalau yang mensuplai bukan perangkat melainkan keluarganya perangkat. Ini sekedar meluruskan biar tidak salah,” kata Sauji melalui WhatsApp, Rabu (19/2).
Berdasarkan pantauan awak media Javanewsonline.co.id, pekerjaan jembatan tersebut berada di perbatasan Desa Ngunut dan Desa Ngaglik. Tampak warga melakukan pemecahan batu untuk pasangan, diduga batu tersebut berasal dari sungai atau lahan warga sekitar. (Rend)