Javanewsonline.co.id – Jayapura | John NR Gobai mensinyalir Peristiwa Pembunuhan dan Mutilasi di Timika Terencana, Pembunuhan dengan mutilasi yang terjadi di Timika telah menambah deretan kekerasan yang dirasakan oleh orang Papua. Peristiwa ini menambah panjang siklus kekerasan di Papua.

“Di mana-mana ketika orang berdiskusi tentang Papua selalu orang berpikir dan merencanakan bagaimana memutuskan siklus kekerasan di Papua, namun peristiwa ini telah mencoreng rencana mulia yang selalu dipikirkan oleh orang-orang yang berhati baik untuk Papua,” hal itu dikatakan Anggota DPR Papua John Gobai kepada media ini Selasa,(30/8).

Gobai mengatakan, Dirinya menduga peristiwa ini terencana dan didesain dengan baik.

Labih lanjut Gobai menjelaskan, Peristiwa ini diduga terjadi karena beberapa hal antara lain bisnis senjata, permasalahan inilah yang selama ini terjadi di Papua.

“Ada oknum oknum anggota yang nakal kadang menjual amunisi dan juga senjata kepada TPN/OPM, kebiasaan ini kemudian mungkin ingin dilakukan oleh beberapa anggota masyarakat yang hari ini telah menjadi korban di Timika dengan oknum anggota TNI AD. Ternyata rencana bisnis ini berujung kepada sebuah jebakan yang berujung pada penghilangan nyawa dan mutilasi,” ujar Gobai.

Lanjut, Mempertahankan siklus kekerasan, siklus kekerasan selalu terjadi dengan indikator nya adalah ada aksi Dian diikuti dengan reaksi pembalasan terhadap oknum atau masyarakat lainnya.

“Mutilasi yang terjadi di Timika juga diduga terjadi sebagai bentuk pembalasan atas peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu di di Nduga,” jelasya.

Menurut Gobai,  Diduga peristiwa ini juga ingin membuka kembali sebuah lahan yang lama telah tenang daerah Timika untuk menjadi tempat konflik antara tpn-opm dan oknum dan aparat keamanan.

“Hal yang perlu kita lihat operasi di papua, adalah operasi penegakan hukum, jika disebut penegakan hukum langka kok umum terduga atau siapapun dia yang diduga terlibat dalam kekerasan atau terkait dengan organisasi tpn OPM, harusnya ditangkap, ditahan kemudian diproses hukum dan divonis di pengadilan, itu yang namanya operasi penegakan hukum,” katanya.

Gobai menambahkan,“Namun yang terjadi hari ini di Timika yakni pembunuhan dan mutilasi ini adalah bentuk-bentuk dari operasi-operasi militer yang terjadi pada zaman Orde Baru yang harusnya juga Sudah dilupakan oleh institusi TNI dan Polri,”katanya.

Siklus kekerasan di Papua selalu dipertahankan ditandai dengan cara saling membalas, jika kekerasan terus menjadi solusi di dalam menyelesaikan Papua, maka kami tidak akan mencapai penyelesaian persoalan Papua dengan baik.

“apapun program yang indah terus digalakkan oleh pemerintah tetapi bila kekerasan terus masih menjadi pilihan dari oknum oknum aparat keamanan maka pada saat itu pula kita tidak pernah akan sampai kepada sebuah solusi penyelesaian masalah di Papua,” terangnya

Gangguan keamanan terus akan terjadi dan aparat akan menjadi korban begitu pula masyarakat yang lain juga akan menjadi korban termasuk TPN OPM, ini artinya pelanggaran HAM akan terus terjadi di Papua.

“Diharapkan pihak kepolisian dapat mengungkapkan dugaan ini, sehingga terungkap peristiwa ini terencana atau tidak terencana, bila terencana siapa yang menjadi otak dari peristiwa ini,” katanya

Kehadiran Presiden Joko Widodo di Timika yang direncanakan pada tanggal 31 Agustus 2022.

“Semoga dapat memberikan kepastian kepada masyarakat Papua untuk dapat menyelesaikan persoalan kekerasan di Papua tetapi khususnya untuk kasus mutilasi agar dapat memberikan hukuman yang setimpal dan sesuai peraturan yang berlaku sesuai dengan perbuatan oknum oknum anggota TNI tersebut termasuk oknum yang lainnya yang terlibat di dalam kasus in,”pusnkasnya (akia/pam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *