Nunukan – Javanewsonline.co.id | Ketua Forum Bela Negara Kalimantan Utara (Kaltara) Wahyudi sebut lebih dari 7 tahun telah mendirikan Forum Bela Negara di wilayah perbatasan, khususnya di Kalimantan Utara (Kaltara).

Mulai dibentuknya Forum Bela Negara, Wahyudi yang merupakan anak petani koko ini, sangat menjunjung tinggi Nasionalisme. Lahir di keluarga sederhana, dimana kedua orangtuanya hanya petani Koko, tidak menyurutkan nilai Nasionalisme dalam dirinya sejak diusia muda.

Wahyudi kecil menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sebatik Timur, Desa Sei Nyamuk, setelah lulus melanjutkan Ketingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sebatik Utara di Desa Pancang, kemudian bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sebatik Desa Padaidi.

Wahyudi, sejak menjadi siswa SD hingga SMA merupakan Siswa berprestasi, yang kemudian membawanya diterima di Universitas Mulawarman Negeri Samarinda tanpa tes.

Saat kuliah Wahyudi yang tertarik dengan Nasionalisme Perbatasan, mendaftar di jurusan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Wahyudi yang mengaku cukup aktif berorganisasi ini, juga selalu berprestasi dalam setiap lomba yang diikutinya.

“Saya aktif kuliah dan berorganisasi, sempat menjadi juara Nasional lomba debat di Malang,” ucap Wahyudi, Sabtu, (16/7).

Pada Tahun 2013, Wahyudi berhasil menyelesaikan pendidikan S1nya, setelah kurang lebih 4 tahun kuliah dan menjadi lulusan terbaik diangkatannya.

Pada saat itu, ketika Hasan Basri menjabat sebagai Bupati Nunukan, menjadi 1 diantara 2 yang mendapatkan rekomendasi untuk melanjutkan kuliah di Universitas Pertahanan Negara (Unhan) di Bogor.

“Tanpa tes langsung diterima, teman saya yang satunya dari suku Dayak Lundayeh, kami dianggap yang terbaik dari wilayah Kalimantan Utara,” ujarnya.

Kuliah di Unhan dengan program Magister (S2), Wahyudi sempat mengikuti kursus singkat (Postgraduet School) di Amerika Serikat selama 2 minggu pada tahun 2015.

“Dari kampus mengirim 20 Orang, selama disana kita dilatih oleh tentara-tentara Amerika dan profesor-profesor yang mempelajari ilmu pertahanan dan keamanan Negara, di Naval Postgraduate School (NPS) dan diberikan sertifikat yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik-konflik negara,” tuturnya.

Lulus dari Unhan setelah menempuh pendidikan kurang lebih 1,6 tahun, dengan Beasiswa Full dari Kementerian Pertahanan.

“aya sempat menjadi tenaga ahli di DPD RI sambil kuliah S3, saya juga mendapat beasiswa dari Kementerian keuangan Jurusan Pancasila dan Kewarganegaraan kampus Negeri terbaik di Bandung selama 4 tahun,” bebernya.

Setelah selesai pendidikan S3nya, tawaran pekerjaan di Pulau Jawa banyak yang datang, namun kecintaannya terhadap tempat kelahirannya di perbatasan Sebatik, mendorongnya untuk kembali ke daerah.

“Teringat juga pesan dari pada tim penguji yang rata-rata profesor pada saat kuliah mengatakan kepada saya, bahwa untuk tidak meninggalkan daerah demi karir,” imbuhnya.

Kemudiaan, Wahyudi bertemu dengan seorang Purnawirawan Jendral, yang mengetahui bahwa Ia anak perbatasan di Pulau Sebatik, yang kemudian mengajak membentuk sebuah forum Bela Negara dibawah binaan Menteri Pertahanan.

“Saya bentuklah itu forum 2015 di Sebatik dan mengumpulkan anak-anak muda di Sebatik, yang sampai sekarang organisasi itu ada di Kaltara, ada pengurusnya di Tarakan, Bulungan, terutama sebatik yang diperkuat,” ungkapnya.

Menurut Wahyudi, untuk meningkatkan Nasionalisme di Perbatasan adalah dengan dua pendekatan, yaitu Pendekatan Keamanan (security approach) dan pendekatan kesejahteraan (welfare approach). “Ketika kita menggabungkan itu menjadi 1 maka itulah yang menjadi solusinya. Metode yang ditemukan ini bisa diterpakan di wilayah perbatasan lainnya,” terang Wahyudi. (Sahabuddin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.