Oleh : Timan

Banda Aceh – Javanewsonline.co.id | Dalam kisah hidup seseorang, terkadang terdapat liku-liku yang tidak terduga yang membentuk takdirnya. Salah satu cerita inspiratif datang dari Ir Isnaidi Bintang, seorang alumni IPB dari Angkatan C.17.0449 kelompok 3 TPB.1980.

Perjalanan hidupnya, yang pernah berjaya sebagai pengusaha, kini menghantarkan pada kehidupan yang sederhana di kampung halamannya di Aceh Barat Daya.

Pada tahun 1989, Ir Isnaidi Bintang berhasil mengelola 25 hektar tambak udang windu melalui PT Inmasalam Agrindo. Tak hanya itu, ia juga memiliki 5 hektar tambak milik pribadi di Desa Linduk, Pontang, Banten.

Namun, kisah suksesnya terhenti pada tahun 1995 ketika tambaknya harus ditutup karena serangan virus MBV yang merugikan.

Meskipun mengalami pasang surut dalam bisnisnya, ia tidak menyerah. Pada tahun 1996, ia terpilih sebagai Ketua Koperasi Pedagang Pasar Induk Kramat Jati, menunjukkan keahlian kepemimpinan dan komitmen terhadap pengembangan ekonomi lokal.

Pada periode 2005-2009, Ir Isnaidi Bintang yang akrab dipanggil bang is meniti karir sebagai Liaison Officer (LO) di PT Newmont NTB. Namun, setelah itu, kehidupannya mengambil arah yang berbeda. Sejak tahun 2010, ia memilih untuk kembali ke kampung halamannya di Aceh Barat Daya.

Kembali ke Akar: Hidup sebagai Petani dan Penggerak Keagamaan

Sekarang, bang is menjalani kehidupan yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. ia mendiami rumah kebun di Aceh Barat Daya dan aktif dalam kegiatan pertanian, beternak ayam kampung, kambing, serta budidaya ikan lele jumbo secara intensif di pekarangan rumah.

Selain itu, dalam bidang keagamaan, ia ikut dalam majelis pengajian dan sering menjadi supir yang membawa Kiyai ke luar kota untuk memberikan ceramah.

Kisah hidup Ir Isnaidi Bintang memberikan inspirasi tentang bagaimana seseorang dapat menghadapi tantangan hidup dengan keberanian dan keteguhan hati.

Dari sukses sebagai pengusaha hingga memilih hidup sederhana di kampung halaman, perjalanan hidupnya mengajarkan arti dari kesederhanaan, komitmen terhadap masyarakat, dan kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan.

Ir Isnaidi Bintang, bukan hanya nama, tapi kisah perjalanan hidup yang memberikan inspirasi bagi banyak orang.

Perjalanan Penuh Liku Isnaidi Bintang: Dari Dakwah Hingga Kecelakaan Tunggal

Sebulan yang lalu, suasana haru menyelimuti keluarga besar Pondok Pesantren ketika bang is, yang setia mendampingi Kiyai/Ulama pulang dari dakwah di Banda Aceh.

Ia mengalami kecelakaan lalulintas tunggal. Perjalanan dakwah yang seharusnya membawa keberkahan berubah menjadi ujian berat baginya dan Kiyai.

Akibat kecelakaan tersebut, Isnaidi mengalami retak pada 3 tulang rusuk dan tenggelam pada 3 rusuk lainnya. Alhamdulillah, kondisinya sudah membaik hingga mencapai 60 persen kesembuhan. Sementara itu, Kiyai mengalami patah tangan atas dan bawah, serta patah tulang belakang, membuatnya tergeletak di tempat tidur.

Situasi semakin sulit ketika diketahui bahwa Kiyai tidak mendapatkan dukungan dari BPJS untuk biaya pengobatan dan pemulihan akibat lakalantas tersebut. Kendati begitu, semangat Kiyai tetap teguh meski terbatasnya dukungan finansial.

Tuntutan Ganti Rugi yang Meningkatkan Beban Berat

 

Tak hanya itu, masalah bertambah ketika pemilik mobil sewaan menuntut ganti rugi sebesar Rp 35 juta untuk Isnaidi dan Rp 35 juta untuk Kiyai. Beban finansial yang semakin bertambah membuatnya kaget, bahkan menyebabkan serangan jantung yang tak terduga.

Perlu diingat, Isnaidi bukanlah seorang sopir biasa. Setia menyetir lebih dari 25.000 KM, melakukan perjalanan Jakarta-Aceh lebih dari 8 kali dengan jarak tempuh mencapai 2500 KM, semua ini bukan untuk bayaran, melainkan sebagai amal shaleh dalam membantu Kiyai.

 

Takdir yang Tak Terduga: Dari Zero Insiden hingga Kecelakaan Memprihatinkan

Meskipun Isnaidi telah menyelesaikan perjalanan panjangnya tanpa insiden selama ini, takdir berkata lain pada kecelakaan tragis ini. Perjuangan Isnaidi dan Kiyai menjadi cermin keikhlasan dalam menghadapi ujian yang tidak terduga.

Kisah ini mengingatkan kita akan rapuhnya kehidupan dan keberanian seseorang dalam menghadapi liku-liku yang tak terduga. Semoga Isnaidi dan Kiyai segera pulih dan mendapatkan dukungan yang layak dari masyarakat yang menghargai dedikasi dan pengabdiannya dalam dakwah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *