Jakarta – Javanewsonline.co.id | Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono secara simbolis menyerahkan penghargaan kepada 10 Desa Cinta Statistik (Desa Cantik) Terbaik Tahun 2021, Senin (06/12).
Sepuluh desa terbaik tersebut adalah Kelurahan Beringin Jaya (Pagar Alam, Sumatra Selatan), Desa Karya Makmur (Bangka, Kepulauan Bangka Belitung), Desa Pangalengan (Bandung, Jawa Barat), Desa Maduretno (Wonosobo, Jawa Tengah), Desa Tamansuruh (Banyuwangi, Jawa Timur), Desa Pesanggrahan (Batu, Jawa Timur), Desa Kutuh (Badung, Bali), Desa Mujur (Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat), Desa Apung (Bulungan, Kalimantan Utara) dan Desa Kota Raya Selatan (Parigi Moutong, Sulawesi Tengah).
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, desa merupakan subjek dan ujung tombak dari pembangunan di Indonesia, sehingga dalam mewujudkan pembangunan yang lebih baik dan tepat sasaran, desa juga harus menjadi subjek dan ujung tombak dari pengelolaan dan pemanfaatan data.
Acara Desa Cantik Award dihadiri oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, juga diisi dengan talkshow yang menghadirkan beberapa narasumber, seperti Oktorialdi (Staf Ahli Menteri PPN Bidang Pemerataan dan Kewilayahan sekaligus Sekretariat Satu Data Indonesia/SDI Pusat).
Kemudian, Jeffrey Erlan Muller (Asisten Deputi Koordinasi Pelaksanaan, Pemantauan, dan Evaluasi Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) serta Rahayuningsih (Analis Kebijakan Madya Ditjen Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri). Talkshow dipandu oleh Adi Lumaksono (Statistisi Ahli Utama BPS).
Lebih lanjut Margo mengatakan, Program Desa Cantik merupakan salah satu Quick Wins Reformasi Birokrasi (RB) BPS. Program ini bertujuan meningkatkan kompetensi aparatur desa dalam pengelolaan dan pemanfaatan data sehingga perencanaan pembangunan desa dapat lebih tepat sasaran.
“Desa Cantik juga merupakan upaya untuk mewujudkan target Sustainable Development Goals (SDGs) desa nomor 17, yaitu pembangunan kemitraan desa dengan BPS melalui penyediaan data yang diperlukan di tingkat desa. Desa berperan dominan dengan memberikan kontribusi sebesar 74% terhadap pencapaian SDGs,” kata Margo.
Masih menurut Margo, desa memiliki sistem informasi yang mumpuni namun belum termanfaatkan secara maksimal. Produk data desa juga belum terstandardisasi dan terbarui secara berkesinambungan. Selain itu, pemanfaatan dana desa untuk pengelolaan statistik dan data juga belum optimal. Di sisi lain, salah satu target pembangunan RPJMN 2019/2024 adalah mewujudkan desa mandiri yang menunjang pembangunan nasional.
“Pada tahun 2021, Kemendes PDTT mencanangkan Quick Wins SDGs Desa dan menggalakkan aktivitas statistik di desa. Sejalan dengan itu, BPS sebagai pembina statistik sektoral di Indonesia melakukan upaya pembinaan statistik sektoral di tingkat desa melalui Program Desa Cantik, dimulai oleh BPS pada Februari 2021 kepada 100 desa terpilih di Indonesia,” ungkap Margo.
Margo menambahkan, program pembinaan statistik di tingkat desa ini diinisiasi oleh beberapa kantor BPS di daerah, seperti program Nagari Statistik oleh BPS Provinsi Sumatra Barat (2019), program Kampung Statistik yang merupakan kerja sama BPS Provinsi Sulawesi Selatan dengan Departemen Statistika Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin (2019) serta pembinaan Desa Cinta Statistik oleh BPS Kabupaten Wonosobo (2020).
“Tata kelola data melalui program Desa Cantik merupakan kolaborasi antara BPS, Kemendes PDTT, desa, serta K/L/D/I terkait. Tahapan proses statistik dimulai dengan mengiventarisasi kebutuhan data. Lalu, BPS mendampingi pihak desa dalam menyusun instrumen pengumpulan data. Kemudian dilakukan pengumpulan data:pengolahan, analisis dan diseminasi data; manajemen kualitas data; hingga akhirnya data tersebut dimanfaatkan dalam berbagai kebijakan pembangunan desa,” jelasnya.
Penilaian 10 Desa Terbaik menurut Margo, berdasarkan serangkaian penilaian, yaitu desk evaluation (penilaian capaian pelaksanaan pembinaan kepada desa melalui laporan yang disusun oleh pembina dan BPS daerah), internal assessment (penilaian internal dari BPS provinsi yang memonitor pelaksanaan pembinaan), field evaluation (kunjungan langsung sekaligus mengonfirmasi hasil desk evaluation).
“Manfaat program Desa Cantik dapat dirasakan tidak hanya bagi desa, BPS, namun juga bagi Pemda setempat,” pungkasnya. (Ardi)