Dengan secangkir kopi di tangan, ia menekankan pentingnyapartisipasi pemilih dan kesadaran masyarakat untuk menjaga stabilitas sosial.

oleh: Timan

Dalam sebuah kafe kecil di tengah kota, Adi Suparto, seorang pengamat politik yang telah lama berkecimpung dalam dunia demokrasi, duduk sambil menyesap kopi panasnya. Ia merenung, memikirkan segala dinamika yang terjadi menjelang Pilkada Serentak 2024. Suasana kafe yang hangat, penuh canda tawa pengunjung, kontras dengan ketegangan yang ada di luar sana.

“Saya yakin, partisipasi pemilih adalah kunci,” ucap Adi pada seorang jurnalis yang duduk di hadapannya. “Tanpa kesadaran masyarakat akan hak suara mereka, demokrasi kita bisa terancam. Kita harus memastikan tidak ada yang merasa terpinggirkan dalam proses ini.”ujarnya.

Jurnalis itu mengangguk, mendengarkan dengan seksama. Adi melanjutkan, “Polarisasi politik semakin tajam. Hal ini bisa mengganggu proses pemilu. Jika pendukung calon berbeda berkonflik, itu akan berdampak negatif pada stabilitas sosial.”lanjutnya.

Adi menarik napas dalam-dalam, merenungkan isu selanjutnya. “Kita membutuhkan calon pemimpin yang berkualitas. Pemilih harus cerdas dalam memilih. Bukan hanya memilih berdasarkan popularitas, tapi harus memperhatikan visi dan misi yang jelas dari calon tersebut.”

Kafe mulai ramai dengan pembicaraan, tetapi fokus Adi tetap pada isu-isu penting yang ingin ia sampaikan. Ia tahu bahwa transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemilu adalah hal yang sangat krusial. “KPU harus bekerja keras untuk memastikan semua tahapan pemilu terbuka dan dapat diawasi oleh masyarakat. Tanpa itu, kepercayaan publik akan hilang,” katanya dengan nada serius.

Jurnalis itu mencatat, sementara Adi melanjutkan. “Di era digital ini, media sosial menjadi arena baru. Sayangnya, potensi penyebaran informasi tidak benar dan kampanye negatif sangat tinggi. Kita perlu mendidik masyarakat tentang literasi media. Itu sangat penting agar mereka tidak terpengaruh oleh berita palsu.”

Terakhir, Adi menyoroti satu isu lagi yang cukup mencemaskan: politik uang. “Masalah ini masih marak. Praktik politik uang adalah tantangan besar bagi integritas pemilu kita. Calon yang menggunakan cara ini merusak prinsip keadilan dalam kompetisi.”

Dengan semangat yang tak pudar, Adi menutup pembicaraannya. “Saya berharap semua pihak bisa bekerja sama untuk menghadapi tantangan-tantangan ini. Mari kita wujudkan Pilkada Serentak 2024 yang baik dan melahirkan pemimpin yang benar-benar diharapkan masyarakat.” Saat itu, jurnalis tersebut merasakan semangat dan keinginan Adi untuk perubahan. Di tengah tantangan yang ada, harapan akan masa depan yang lebih baik tetap ada. Dan dalam hati, Adi Suparto yakin bahwa dengan kerja sama dan kesadaran bersama, demokrasi Indonesia bisa lebih kuat dan berdaya.   

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.