Jayapura – Javanewsonline.co.id | Dialog mengenai perubahan dan kerusakan lingkungan hidup, karena keberadaan perusahaan pertambangan di wilayah Mimika dan Amugsa, yakni PT Freeport, berlangsung pada Selasa (1/11), di Aula P3W Padan Bulan, Jayapura.
Koordinator Lembaga Peduli Masyarakat Mimika Timur Jauh (Lepemawil) Mimika Timur, Adolfina Kum menilai, sejak kehadiran PT Freeport yang telah membuang limbah beracun kimia ke sungai Ajikwa/Wanogong, Kum menjelaskan, selama sepuluh tahun sejak tahun 2013, pihaknya telah advokasi ke berbagai pihak.
”Kami bicara soal nasib penduduk di tiga distrik, yaitu distrik Agimuga, Jita dan Manasari, saat ini tidak lagi memiliki akses jalur transportasi laut karena sungai yang menjadi jalur transportasi utama mereka telah mengalami sendimentasi dan pendangkalan akibat pembuangan limbah,” ucap Kum dalam Dialog itu.
Selaku anak adat, dirinya prihatin atas krisis air bersih, ekosistem laut dan darat rusak terkontaminasi limbah, tempat keramat hilang, degradasi pulau kecil, kematian ikan secara massal, makanan laut mulai mati perlahan-lahan.
”Masyarakat asli telah kehilangan dusun berakibat pengungsian di atas tanah adat mereka sendiri,” jelasnya.
Terkait hal itu, Ketua Poksus DPR Provinsi Papua, John NR Gobai kesempatan sama telah mendengarkan keterangan dan informasi dari aktivitas lingkungan.
”Sebagai anggota DPR Papua, mewakili wilayah dari Nabire sampai dengan Mimika kami sudah mendengarkan keterangan yang disampaikan warga dan juga aspirasi dari DPRD Mimika,” ucap Gobai, Senin (1/11), dikutip dari media dalam Dialog itu.
Gobai juga menyampaikan, pihaknya akan melakukan fokus grup diskusi dalam rangka mencari solusi dan menjembatani PT Freeport dan Tim Lapemawil Mimika Timur Jauh.
”Tim ini (Lapemawil) untuk dapat berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait melalui fokus grup diskusi,” ucap Gobai.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari media, kehadiran PT Freeport selama 56 tahun bagi suku Amungme, Kamoro dan Sempan merubah kehidupan peradaban, perusahaan dinilai telah melakukan pembuangan limbah beracun kimia ke sungai Ajikwa dan Wanogong yang berdampak pada pencemaran sungai-sungai.
Dalam persentase dialog itu, disampaikan bahwa kondisi masyarakat mengalami krisis air bersih, ekosistem laut dan darat rusak karena terkontaminasi limbah, tempat keramat hilang, degradasi pulau kecil, kematian Ikan secara masal, makanan laut mulai mati perlahan-lahan, sehari-hari mereka menghirup dan mengkonsumsi air sungai yang tercemar, kehilangan produksi pangan lokal.
Telah terjadi juga wabah penyakit kulit, penyakit menular, sesak nafas, badan gatal-gatal, gangguan pernapasan adalah penyakit yang dijumpai dalam masyarakat. (PAM)