Serang – Javanewsonline.co.id | Masih banyak pelaku UMKM yang belum menyadari pentingnya pencatatan keuangan dan pembukuan yang rapi. Padahal, dengan adanya pembukuan, pelaku usaha bisa mengetahui sehat atau tidaknya usaha mereka.
Bahkan, di era digital saat ini, sebagian besar pelaku UMKM masih “buta” akuntansi. Akibatnya, wajar jika banyak di antara mereka tidak memiliki pembukuan pada bisnisnya yang berpotensi makin membesar.
“Begitu bicara pertumbuhan bisnis, maka yang kita bicarakan itu postur organisasi dalam bentuk angka. Sejak mulai membangun bisnis dan ingin bertumbuh, pebisnis sudah harus aware angka-angka yang seharusnya tersaji dalam bentuk laporan keuangan, apalagi di era digital saat ini, harusnya makin mudah,” kata Yeti Asmawati SE MM, Direktur Poltek Piksi Input Serang, (1/4/2020), di Aula Gedung Algaf Politeknik Piksi Input Serang Jl Raya Cilegon-Serang KM 08 Kramatwatu Serang Banten.
Selain itu, Yeti meyakinkan, bahwa Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia sudah terbukti menjadi penggerak di tengah lesunya ekonomi. Pelaku UMKM telah menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional hingga 60 persen dan menyerap 97 persen tenaga kerja.
Disisi lain, Herol Tambunan SE MM menjelaskan, jumlah usaha kecil di Indonesia saat ini sudah mencapai 93, 4 persen, dan usaha menengah berada di angka 5,1 persen, sedangkan usaha besar hanya 1 persen. Namun, menurut Herol, angka itu tidak pernah bertambah jauh selama beberapa tahun belakangan ini.
Untuk mendorong itu, Poltek Piksi Input Serang memberikan pelatihan bagi para UMKM yang ingin merapikan pembukuannya melalui perangkat lunak, praktisi keuangan bisnis, perpajakan, sampai profesional di bidang digital marketing. “Sukses UMKM itu bukan sekedar banyak menjual produk atau jasanya, tapi juga kerennya strategi marketing yang mereka jalankan, dengan disertai rapinya pencatatan keuangan usaha mereka,” ucap Herol. (man)